Linsang
Kedua genera linsang (Prionodon dan Poiana dari Afrika) dahulu ditempatkan dalam subfamili Viverrinae (dari Viverridae), bersama dengan beberapa genera lainnya, tetapi penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa hubungan yang sebenarnya mungkin sedikit berbeda. Para linsang luar biasa karena morfologi mereka dengan kucing, keluarga Felidae, yang lebih besar dari pada viverrida lainnya. Karena hubungan antara linsang dan kucing dianggap agak jauh (dua kelompok keluarga yang berbeda dalam superfamili Feliformia), ini dianggap sebagai contoh evolusi konvergen. Namun, analisis DNA menunjukkan bahwa sementara linsang Afrika (Poiana) adalah viverrida sejati yang berhubungan erat dengan genet, linsang Asia (Prionodon) tidak berhubungan dan malah lebih mungkin merupakan kerabat terdekat keluarga Felidae[2] Kesamaan antara linsang Asia dengan kucing dengan demikian lebih mungkin karena nenek moyang yang sama, sedangkan kesamaan antara dua genera linsang semestinya konvergen. Kata linsang yang berasal dari Bahasa Jawa (linsang atau wlinsang), dahulunya sering salah diterjemahkan sebagai otter (berang-berang) dalam kamus Bahasa Inggris. Linsang aktif di malam hari, umumnya penghuni pohon soliter. Mereka adalah karnivora, makan tupai dan binatang pengerat lainnya, burung kecil, kadal, dan serangga. Biasanya berukuran sedikit lebih dari 30 cm (1 kaki), dengan ekor yang panjangnya lebih dari dua kali lipat dari itu. Badan panjang, dengan kaki pendek, memberikan penampilan yang rendah. Semua spesies memiliki tubuh kekuningan dengan belang-belang hitam (garis-garis, bercak dan noda), meskipun distribusi dan sifat belangnya bervariasi antar spesies. Spesies linsang (linsang Asia):
Rujukan
Pranala luar |
Senin, 22 Februari 2016
Jaguar
Jaguar [1] | |
---|---|
![]() |
|
Status konservasi | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | Animalia |
Filum: | Chordata |
Kelas: | Mammalia |
Ordo: | Carnivora |
Famili: | Felidae |
Genus: | Panthera |
Spesies: | P. onca |
Nama binomial | |
Panthera onca (Linnaeus, 1758) |
|
![]() |
|
Jaguar range |
Jaguar adalah binatang pemangsa yang mempunyai gigitan yang luar biasa kuat sehingga cangkang kura-kura yang begitu kuat pun sanggup ditembusnya dalam sekali gigitan. Mereka hidup dengan memangsa rusa, tapir, anjing, rubah dan juga binatang air seperti ikan bahkan ular anaconda yang bertubuh besarpun bisa menjadi mangsanya.
Referensi
- ^ Wozencraft, W. C. (2005-11-16). Wilson, D. E., and Reeder, D. M. (eds), ed. Mammal Species of the World (3rd edition ed.). Johns Hopkins University Press. pp. 546–547. ISBN 0-801-88221-4.
- ^ Caso, A., Lopez-Gonzalez, C., Payan, E., Eizirik, E., de Oliveira, T., Leite-Pitman, R., Kelly, M. & Valderrama, C. (2008). Panthera onca. Daftar Merah Spesies Terancam IUCN 2008. IUCN 2008. Diakses pada 18 January 2009. Database entry includes justification for why this species is near threatened.
Pranala luar
- (Indonesia) Buku Mewarnai Gambar Jaguar oleh mewarnaigambar.web.id
- (Inggris) Informasi dan gambar jaguar di situs web Arkive
- (Inggris) Video jaguar di situs web BBC
Cerpelai
Cerpelai | |
---|---|
![]() |
|
Cerpelai kecil | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | Animalia |
Filum: | Chordata |
Kelas: | Mammalia |
Ordo: | Carnivora |
Upaordo: | Caniformia |
Famili: | Mustelidae |
Upafamili: | Mustelinae |
Genus: | Mustela Linnaeus, 1758 |
Species | |
Mustela africana Mustela altaica Mustela erminea Mustela eversmannii Mustela felipei Mustela frenata Mustela itatsi Mustela kathiah Mustela lutreola Mustela lutreolina Mustela nigripes Mustela nivalis Mustela nudipes Mustela putorius Mustela sibirica Mustela strigidorsa Mustela subpalmata |
Cerpelai memiliki panjang yang bervariasi dari 173 to 217 mm (6.8 to 8.5 in),[1] betinanya lebih kecil daripada jantan, dan biasanya memiliki lapisan tubuh atas berwarna coklat atau merah sedangkan perutnya putih; beberapa spesies mengganti bulu tubuh menjadi sepenuhnya putih pada Musim dingin. Tubuh hewan ini yang panjang dan ramping memungkinkannya untuk memburu mangsa sampai kedalam liang. Ekor mereka berukuran dari 34 to 52 mm (1.3 to 2.0 in).[1] Cerpelai memiliki reputasi sebagai hewan yang pintar, cepat dan penuh tipu daya.
Cerpelai memangsa mamalia kecil, dan sudah lama dianggap sebagai hama dikarenakan beberapa spesies sering memangsa ayam dan menyerang lubang kelinci di tanah peternakan. Hewan ini bisa ditemukan di seluruh dunia kecuali Antartika, Australia dan pulau-pulau sebelah timur Garis Wallace.
Catatan kaki
- ^ a b "The Weasel". The Mammal Society. Diakses tanggal 18 January 2013.
Referensi
- "Mustela". Integrated Taxonomic Information System. Diakses tanggal 24 July 2007.
- Nowak, Ronald M., and Ernest P. Walker. Walker's Carnivores of the World. Baltimore: Johns Hopkins University Press, 2005. ISBN 0-8018-8033-5, ISBN 0-8018-8032-7.
- C. Hart Merriam, Synopsis of the Weasels of North America, Washington, Government Printing Office, 1896.
Meerkat
Meerkat | |
---|---|
![]() |
|
Status konservasi | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | Animalia |
Filum: | Chordata |
Kelas: | Mammalia |
Ordo: | Carnivora |
Famili: | Herpestidae |
Genus: | Suricata Desmarest, 1804 |
Spesies: | S. suricatta |
Nama binomial | |
Suricata suricatta (Schreber, 1776) |
|
Meerkat range |
Referensi
- ^ Macdonald, D. & Hoffmann, M. (2008). Suricata suricatta. Daftar Merah Spesies Terancam IUCN 2008. IUCN 2008. Diakses pada 22 March 2009. Database entry includes a brief justification of why this species is of least concern.
Armadillo
Armadillo | |
---|---|
![]() |
|
Armadillo | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | Animalia |
Filum: | Chordata |
Kelas: | Mamalia |
Superordo: | Xenarthra |
Ordo: | Cingulata Illiger, 1811 |
Famili: | Dasypodidae Gray, 1821 |
Famili | |
|
Pranala luar
Simpanse
Simpanse | |
---|---|
![]() |
|
Simpanse (Pan troglodytes) | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | Animalia |
Filum: | Chordata |
Kelas: | Mammalia |
Ordo: | Primata |
Famili: | Hominidae |
Upafamili: | Homininae |
Bangsa: | Hominini |
Upabangsa: | Panina |
Genus: | Pan Oken, 1816 |
Tipe spesies | |
Simia troglodytes Blumenbach, 1775 |
|
Spesies | |
Pan troglodytes Pan paniscus |
|
![]() |
|
distribusi penyebaran spesies Pan spp. |
- Simpanse Biasa, Pan troglodytes (Afrika Barat dan Afrika Tengah)
- Bonobo, Pan paniscus (hutan Republik Demokrasi Kongo)
Daftar isi
Sejarah secara evolusi
Hubungan secara evolusi
Informasi lebih lanjut: [[History of hominoid taxonomy]]
Hubungan taksonomi dari Hominoidea
Fosil
Kebanyakan fosil manusia telah ditemukan, tetapi fosil simpanse tidak dijelaskan sampai pada tahun 2005. Populasi simpanse yang ada sekarang di Afrika Barat dan Tengah tidak berbenturan dengan situs besar fosil manusia di Afrika Timur. Namun, fosil simpanse sekarang telah dilaporkan berasal dari Kenya. Hal ini mengindikasikan bahwa manusia dan anggota dari clade Pan berada di Rift Valley Afrika Timur selama Pertengahan Pleistocene.[5]Anatomi dan fisiologi
Tengkorak dan otak manusia dan simpanse, diilustrasikan oleh Gervais' dalam Histoire naturelle des mammifères
Testikel simpanse lebih besar untuk ukuran badannya, dengan kombinasi berat sekitar 110 gram dibandingkan dengan gorilla 28 gram atau manusia 43 g. Hal ini secara umum diatribusikan pada kompetisi sperma karena sifat poliandri alamiah pada perilaku perkawinan simpanse.[9] Simpanse mencapai masa puberti pada umur antara 8 dan 10 tahun, dan jarang hidup melebihi umur 40 di alam liar, tetapi diketahui hidup sampai 60 tahun selama penangkaran.
Neoteny

Perilaku
Bonobo
Struktur sosial
Simpanse hidup dalam grup sosial multi-jantan dan multi-betina yang besar yang disebut dengan komunitas. Dalam sebuah komunitas terdapat hirarki sosial yang jelas yang didiktekan oleh posisi dari satu individu dan pengaruh dari individu tersebut bagi yang lain. Simpanse hidup dalam sebuah hirarki yang lebih ramping di mana lebih dari satu individu bisa mendominasi anggota lain dari tingkat lebih rendah. Biasanya ada jantan yang lebih dominan yang dijuluki dengan jantan Alfa. Jantan Alfa adalah jantan dengan tingkat tertinggi yang mengkontrol grup dan memberikan perintah selama terjadi perselisihan. Dalam masyarakat simpanse 'jantan dominan' tidak harus yang jantan terbesar atau terkuat tapi jantan yang lebih manipulatif dan politis yang dapat memberi pengaruh terhadap kejadian dalam suatu grup. Simpanse jantan biasanya mendapatkan dominasi lewat pengaruh sekutu yang akan menyediakan dukungan bagi individu tersebut seandainya nanti terdapat perselisihan kekuatan. Jantan alfa biasanya memperlihatkan sifat sombong untuk meningkatkan kuasa supaya terlihat menggertak dan kuat sedapat mungkin. Hal ini bertujuan untuk mengintimidasi anggota lain yang berusaha mengambil alih kuasa dan menjaga autoritas, dan sangat penting bagi jantan alfa bertahan pada status yang dimilikinya. Simpanse peringkat-rendah akan memperlihatkan rasa hormat dengan gestur patuh dalam bahasa tubuh atau menjulurkan tangannya sambil mengeluarkan bunyi dengkur. Simpanse betina memperlihatkan rasa hormat pada jantan alfa dengan memperlihatkan seperempat bagian belakangnya.Simpanse betina juga memiliki hirarki yang dipengaruhi oleh posisi si betina dalam suatu grup. Dalam beberapa komunitas simpanse, betina muda bisa mewarisi status tinggi dari ibu yang berperingkat-tinggi. Betina-betina juga akan membentuk sekutu untuk mendominasi betina tingkat-rendah. Berbeda dengan jantan yang tujuan utama dari status dominasinya yaitu untuk mendapatkan hak akses perkawinan dan terkadang dominasi kekerasan terhadap bawahan, yang betina memperoleh status dominasi untuk mendapatkan sumber seperti makanan. Betina tingkat-tinggi biasanya akan mendapat akses pertama terhapap sumber. Secara umum, kedua kelamin menginginkan status dominan untuk meningkatkan kedudukan sosial dalam suatu grup.
Terkadang betinalah yang memilih jantan alfa. Bagi simpanse jantan supaya dapat status alfa, dia harus memperoleh penerimaan dari betina-betina dalam suatu komunitas. Betina-betina harus meyakinkan bahwa grupnya harus memperoleh pasokan makanan yang cukup. Dalam beberapa kasus, kelompok betina dominan akan mengusir jantan alfa yang tidak sesuai dengan pilihan mereka dan akan membantu jantan lain yang mereka lihat berpotensi memimpin grup sebagai jantan alfa yang sukses.
Inteligensi
Informasi lebih lanjut: [[Pengetahuan Primata]]
Diagram dari otak. Pemetaan grup utama dari foci dalam ruang motor pada Simpanse
Penggunaan alat
Salah satu penemuan terpenting adalah pada Oktober 1960 saat Jane Goodall mengobservasi penggunaan alat di antara simpanse. Penelitian terbaru mengindikasikan bahwa penggunaan alat batu pada simpanse terjadi sekitar 4.300 tahun lalu.[16] Penggunaan alat pada simpanse termasuk menggali sarang rayap menggunakan alat sebuah tongkat kayu besar, dan menggunakan tongkat kayu kecil untuk memancing rayap keluar.[17] Penelitian terbaru mengungkap penggunaan alat lebih canggih seperti galah, di mana Simpanse di Senegall mengasah galah dengan giginya dan digunakan untuk menusuk Senegal Bushbaby lewat lubang kecil di pohon.[18] [19] Sebelum penemuan penggunaan alat pada simpanse, ia dipercaya bahwa manusia satu-satunya spesies yang membuat dan menggunakan alat, tapi beberapa spesies pengguna-alat lainnya sekarang telah diketahui.[20] [21]Pembuatan-sarang
Pembuatan-sarang, terkadang dianggap sebagai penggunaan alat, terlihat pada simpanse yang membangun sarang di pohon dengan menyatukan dahan dari satu atau lebih pohon. Hal ini membentuk bagian terpenting dalam perilaku, terutama dalam kasus saat ibu yang mengajarkan perlilaku ini kepada anaknya. Sarang terdiri dari matras, didukung oleh fondasi yang kuat, dan dilapisi dengan daun-daun yang lembut dan ranting. Sarang dibuat dalam pohon dengan diameter minimal 5 m dan terletak pada ketinggian 3 – 5 m. Siang dan malam sarang dibuat. Sarang bisa terdapat dalam grup.[22]Empati
Ibu simpanse dan bayi
Bukti untuk "Spiritualitas Simpanse" termasuk memperlihatkan berkabung, "cinta romantis pertama", "tari hujan", apresiasi terhadap keindahan alam seperti pemandangan matahari terbenam di pinggiran danau, keingintahuan dan rasa hormat terhadap mahluk liar (seperti python, yang bukan berupa ancaman maupun sumber makanan bagi simpanse), empati terhadap spesies lain (seperti memberi makan kura-kura) dan bahkan "animisme" atau "berpura-pura bermain" di mana simpanse menggendong dan mendadani batu atau tongkat kayu.[26]
Komunikasi
Simpanse berkomunikasi hampir sama dengan manusia berkomunikasi secara non-verbal, menggunakan vokalisasi, gestur tangan, dan ekspresi wajah. Penelitian pada otak simpanse mengungkapkan bahwa komunikasi pada simpanse mengaktifkan sebuah area pada otak simpanse yang berada pada posisi yang sama pada area Broca, pusat bahasa pada otak manusia.[27]Penelitian pada bahasa

Profil samping dari seekor simpanse.
Debat masih berlangsung antara para ilmuwan, yang terkenal yaitu antara Noam Chomsky dan David Premack, tentang kemampuan kera besar dalam mempelajari bahasa. Sejak laporan pertama tentang Washoe, sejumlah penelitian lain telah dilakukan dengan tingkat kesuksesan yang beragam,[30] termasuk satu ekor simpanse yang bernama, secara parodi, Nim Chimpsky, dilatih oleh Herbert Terrace di Columbia University. Walaupun laporan awalnya sedikit positif, pada bulan November 1979, Terrace dan teamnya mengevaluasi ulang kaset video dari Nim dengan pelatihnya, menganalisis mereka frame demi frame untuk setiap isyarat dan konteks (keadaan yang terjadi sebelum dan sesudah isyarat Nim). Dalam analisis ulang, Terrace menyimpulkan bahwa penyebutan oleh Nim dapat dijelaskan hanya sebagai dorongan dari yang melakukan eksperimen, dan juga kesalahan pada data laporan. "Kebanyakan perilaku kera adalah latihan murni," kata dia. "Bahasa masih berdiri sebagai definisi penting pada spesies manusia." Dalam kekalahan ini, Terrace sekarang beralasan bahwa penggunaan ASL pada Nim tidak seperti pendekatan bahasa manusia. Nim tidak pernah memulai percakapan, jarang memperkenalkan kata-kata baru, dan secara sederhana hanya meniru apa yang manusia lakukan. Kalimat yang dikeluarkan Nim juga tidak berkembang, tidak seperti anak manusia yang perbendaharaan katanya dan panjang kalimatnya memperlihatkan korelasi positif yang kuat.[31]
Daya ingat
Penelitian selama 30 tahun di Primate Research Institute, Universitas Kyoto, memperlihatkan bahwa simpanse mampu mengenali angka 1-9 dan nilainya. Simpanse lebih lanjut memperlihatkan kemampuan dalam daya ingat fotograpik, diperlihatkan dalam percobaan di mana campuran angka 1-9 diperlihatkan di layar komputer selama seperempat detik, di mana setelahnya simpanse, Ayumu, mampu secara benar dan cepat menunjukkan posisi di mana angka tersebut secara berurutan. Percobaan yang sama terkadang gagal bila dilakukan pada juara mengingat Ben Pridmore.[32]Tertawa pada kera
Lihat pula: Laughter in animals
Simpanse muda sedang bermain
Simpanse, gorila, dan orangutan memperlihatkan vokalisasi seperti tertawa saat merespon pada kontak fisik, seperti bergelut, bermain kejar-kejaran, atau gelitik. Hal ini didokumentasikan pada simpanse liar dan peliharaan. Tertawa pada Simpanse Biasa tidak mudah dikenali oleh manusia, karena ia dihasilkan dengan tarikan dan keluaran napas yang berbunyi hampir seperti bernapas dan terengah-engah. Ada keadaan di mana primata selain manusia dilaporkan mengekspresikan kegembiraan. Salah satu penelitian menganalisis dan merekam pola suara yang dihasilan oleh bayi manusia dan Bonobo saat digelitik. Ditemukan bahwa walaupun tawa Bonobo menggunakan frekuensi tinggi, tawa diikuti oleh pola yang sama pada bayi manusia dan memiliki ekspresi wajah yang sama. Manusia dan simpanse memiliki area gelitik yang sama pada badan, seperti ketiak dan pusar. Kegembiraan terhadap gelitikan pada simpanse tidak hilang dengan usia.[33]
Tidur
Informasi lebih lanjut: [[Tidur (non-manusia)]]
Agresi
Simpanse jantan di Mahale National Park, Tanzania
Interaksi dengan manusia
Sejarah
Gregoire: simpanse berumur 62 tahun
Penggunaan nama "simpanse" belum terjadi sampai tahun 1738. Nama itu diturunkan dari bahasa Tshiluba dari makna "simpanse-kivili", yang merupakan nama lokal untuk binatang dan diterjemahkan secara langsung menjadi "mockman" (Inggris) atau bisa saja hanya "kera". Penyebutan sehari-hari untuk "chimp" (Inggris) terjadi sekitar tahun 1870-an.[42] Ahli Biologi menggunakan Pan sebagai nama genus dari binatang tersebut. Simpanse sebagaimana halnya dengan kera lainnya diakui telah diketahui oleh para penulis Barat di waktu dahulu, tetapi umumnya sebagai mitos dan legenda bagi masyarakat pinggiran Eropa dan Arab, biasanya lewat fragmentasi dan coretan para penjelajah Eropa. Kera disebutkan secara beragam oleh Aristotle, dan juga dalam Kitab Injil Inggris, di mana mereka dijelaskan dikoleksi oleh Solomon. (1 Kings 10:22. Kata Hebrew, qőf, bisa berarti monyet.) Kera juga disebutkan dalam Qur'an (7:166), di mana Tuhan mengatakan pada masyarakat Israel yang melanggar Shabbat "Be ye apes".
Hugo Rheinhold's Affe mit Schädel ("Kera dengan tengkorak") adalah sebuah contoh bagaimana simpanse dilihat pada akhir abad 19-an.
Teori seleksi alam oleh Darwin (diterbitkan tahun 1859) menumbuhkan ketertarikan sains pada simpanse, kebanyakan dalam biologi, memacu sejumlah penelitian terhadap binatang dalam alam liar dan dalam kurungan. Peneliti simpanse pada waktu itu hanya tertarik pada perilaku yang berhubungan dengan manusia. Ini mungkin kajian ilmiah yang kurang ketat dan tidak begitu menarik kedengarannya, di mana perhatian lebih fokus pada apakah binatang memiliki sifat yang disebut 'baik'; inteligensi dari simpanse terkadang sering terlalu dibesar-besarkan, yang diabadikan dalam Affemit Schadel-nya Hugo Rheinhold (lihat gambar sebelah kiri). Pada akhir abad 19 simpanse masih tetap menjadi misteri bagi manusia, dengan sedikit informasi ilmiah yang didapatkan.
Abad 20 memperlihatkan zaman baru bagi penelitian ilmiah dalam perilaku simpanse. Sebelum 1960, hampir tidak ada ynag diketahui mengenai perilaku simpanse dalam habitat naturalnya. Pada bulan Juli pada tahun yang sama, Jane Goodall pergi ke hutan Gombe Tanzania untuk hidup bersama dengan simpanse, di mana dia secara khusus meneliti anggota dari komunitas simpanse Kasakela. Penemuannya tentang simpanse membuat dan menggunakan alat merupakan sebuah terobosan, di mana manusia sebelumnya dikenal sebagai satu-satunya spesies yang dipercaya yang melakukan hal tersebut. Penelitian paling progresif pada simpanse dipelopori oleh Wolfgang Köhler dan Robert Yerkes, keduanya merupakan ahli psikologi terkenal. Kedua orang tersebut dan rekan-rekan kerjanya membuat sebuah labor penelitian simpanse yang berfokus secara spesifik dalam mempelajari tentang kemampuan intelektual dari simpanse, terutama pemecahan-masalah. Hal ini biasanya melibatkan pengujian dasar, praktikal yang membutuhkan kapasitas intelektual yang tinggi (seperti bagaimana memecahkan masalah tentang pisang yang di luar jangkauan). Lebih lanjut lagi, Yerkes juga membuat observasi yang luas tentang simpanse di alam liar sehingga menambahkan pemahaman ilmiah yang luar biasa terhadap simpanse dan perilakunya. Yerkes meneliti simpanse sampai Perang Dunia II, sementara Kohler merangkup lima tahun penelitiannya dan menerbitkan Mentality of Apes-nya yang terkenal pada tahun 1925 (yang secara kebetulan bersamaan dengan mulainya analisis oleh Yerkes), yang akhirnya menyimpulkan bahwa "simpanse menunjukkan perilaku inteligen seperti jenis umum yang tampak pada manusia ... sebuah tipe perilaku yang ada secara spesifik hanya pada manusia" (1925).[43]
Simpanse di Los Angeles Zoo
Penelitian
Sejak November 2007, ada sebanyak 1300 simpanse dipelihara di laboratorium U.S (lebih dari 3000 kera hidup dalam penangkaran disana), baik ditangkap liar, atau didapat lewat sirkus, pelatih binatang, atau kebun binatang.[45] Kebanyakan lab melakukan dan membuat simpanse untuk penelitian yang invansif,[46] disebut-sebut sebagai "disuntik dengan agen yang terinfeksi, pembedahan atau biopsy yang dilakukan demi penelitian dan bukan demi simpanse, dan/atau percobaan obat".[47] Dua laboratorium yang didanai pemerintah menggunakan simpanse: Yerkes National Primate Research Laboratory di Universitas Emory di Atlanta, Geogia, dan Southwest National Primate Center di San Antonio, Texas.[48] Lima ratus simpanse telah pensiun dari laboratorium dan hidup di dalam suaka di A.S atau Kanada.[46]
Enos si simpanse angkasa sebelum dimasukkan ke dalam kapsul Mercury-Atlas 5 pada tahun 1961.
Dengan terbitnya genome simpanse, dilaporkan adanya peningkatan penggunanan simpanse di lab, beberapa ilmuwan berdebat mengenai penundaan pembiakan simpanse untuk penelitan seharusnya dinaikkan.[48][52] Penundaan 5 tahun dikenakan oleh U.S National Institutes of Health (NIH) tahun 1996, karena terlalu banyak simpanse dibiakkan untuk penelitian HIV, and ia telah diperpanjang per tahun sejak 2001.[48]
Peneliti lain beralasan bahwa simpanse adalah binatang yang unik dan seharusnya tidak digunakan dalam penelitian, atau diperlakukan secara berbeda. Pascal Gagneux, ahli biologi evolusioner dan primata di University of California, San Diego, beralasan bahwa, adanya memiliki rasa terhadap diri sendiri pada simpanse, penggunaan alat, dan kesamaan genetik dengan manusia, penelitian pada simpanse haruslah mengikuti aturan etikal yang juga digunakan pada manusia yang tidak mampu memberikan persetujuan.[48] Juga, penelitian terbaru menyatakan bahwa simpanse yang pensiun dari lab menunjukkan suatu bentuk posttraumatic stress disorder.[53] Stuart Zola, direktur dari Yerkse National Primate Research Laboratories, tidak setuju. Dia berkata pada National Geographic: "Saya pikir kita tidak harus membuat perbedaan antara kewajiban kita untuk memperlakukan semua spesies secara manusiawi, apakah itu tikus atau monyet atau simpanse. Seberapa banyakpun kita berharap untuk itu, simpanse bukanlah manusia." [48]
Meningkatnya jumlah pemerintah yang melakukan pelarangan penelitian pada Kera Besar melarang penggunaan simpanse dan kera besar lainnya dalam penelitian atau percobaan toksikologi.[54] Sejak tahun 2006, Austria, New Zealand, Netherlands, Sweden, dan UK telah memperkenalkan pelarangan ini.[55]
Dalam kultur pop
Lihat pula: List of fictional apes
Dalam era televisi, genre baru dari lakon simpanse muncul di U.S: sebuah serial di mana seluruh pemerannya adalah simpanse berpakaian sebagai manusia dan pada saat "berbicara" disuarakan oleh aktor manusia.[56] Pertunjukan tersebut, contohnya termasuk Lancelot Link, Secret Chimp pada tahun 1970-an atau The Chimp Channel pada tahun 1990-an, bergantung kepada pemeran keranya untuk membuat sesuatu yang baru, komedi lelucuan tingkat rendah.[56] "Aktor" simapanse tidak ada bedanya dengan lakon dalam sebuah sirkus, lucu karena sebagai simpanse dan bukan sebagai individu.[56] Kelompok hak asasi binatang, PETA, telah mendesak pengiklan menolak penggunaan simpanse di televisi dan iklan komersil, menganggapnya sebagai menyiksa binatang.[58] Sukses terbaru mereka yaitu berhasil meyakinkan Chrysler Corporation untuk mengubah iklan di mana seekor simpanse menekan tuas untuk meledakkan sesuatu sehingga memperlihatkan "monyet gaib" (ironinya iklan tersebut adalah sebuah parodi dari penjual mobil yang memiliki seekor kera yang menghancurkan sesuatu untuk memulai sebuah promosi penjualan).
Saat simpanse muncul di acara TV, mereka biasanya bertindak sebagai kaki tangan dari manusia. Dalam perannya, misalnya, J. Fred Muggs muncul dengan pembawa acara Today show Dave Garroway pada tahun 1950-an, sebagai Judy dalam Daktari pada tahun 1960-an atau sebagai Darwin dalam The Wild Thornberrys pada tahun 1990-an.[56] Berbeda dengan penggambaran fiksi dari hewan lainnya, seperti anjing (dalam Lassie), lumba (Flipper), kuda (The Black Stallion) atau bahkan kera (King Kong), karakter dan aksi dari simpanse jarang yang relevan dengan alurnya.[56]